Memang tak semuanya akan berbuah manis, tapi aku masih ingin berharap.
Kita hanyalah teman saat itu. Tak banyak menghabiskan waktu bersama karna kita memang tak dekat. Aku tau ada sesuatu yang berbeda didirimu saat berbicara denganku. Tapi aku tak menggubrisnya, aku belum merasakannya, dan aku membiarkannya. Kamu sangat halus padaku, tapi tidak dengan temanku, tetapi aku membiarkannya karna tak terlintas dipikiranku kamu
ada apa-apa. Sampai akhirnya kamu mengatakan kamu menyukaiku. Aku bingung. Kamu memintaku untuk jadi pacarmu, aku takut...karna aku tak mengenalmu dengan baik. Kamu meyakinkanku, kamu mengatakan
"Aku sayang sama kamu". Jujur aku sedikit luluh, tapi aku masih takut. Aku mengiyakan permintaanmu. Aku sedikit percaya padamu, karna kamu memandangku dengan sangat dalam saat itu.
Kini kita resmi berpacaran. Kamu sangat baik dan perhatian. Aku berusaha untuk mengenalmu, untuk lebih dekat. Dan aku mulai menyukaimu. Aku menyukai bagaimana kamu memperlakukanku, bagaimana kamu mencemaskanku, dan bagaimana kamu tak menginginkanku pergi. Kamu sempat menanyakanku apakah aku sayang kamu. "Aku belum sayang, tapi aku akan..." jawabku. Kamu menerima jawabanku dan masih mau menunggu hingga aku menyayangimu.
Aku berusaha untuk menyayangimu, tapi itu tak bisa dipaksakan, untuk menyayangimu perlu waktu. Kita semakin dekat, seperti pasangan yang baru saja berpacaran. Kita mulai sering menghabiskan waktu bersama. Tak jarang kamu menelfonku untuk sekedar bilang aku sayang kamu dan mengirim pesan singkat berisikan titik dua bintang. Setiap saat kamu membuatku tersenyum, kamu mengisi hari-hariku dengan tingkah konyolmu...kamu memang tak bisa diam, meskipun berada didekatku. Tapi itu yang membuatku nyaman bersamamu, kamu membuat aku tidak ingin pergi saat didekatmu.
Aku sayang sama kamu, hanya itu yang dapat kukatakan untuk membuatmu diam.
Sudah hitungan bulan kita bersama dan sudah banyak masalah dan konflik yang kita hadapi, kita melewatinya...bersama. Tapi terkadang kata tak semudah yang diucapkan. Kata 'bersama' mungkin indah, tapi tak semudah itu kita bersama. Tak semudah itu kita menjalaninya.
Tiba-tiba kamu menjadi sosok yang aku takutkan, dan tak bisa kubayangkan. Kamu tak lagi perhatian seperti dulu, tak lagi berbagi cerita seperti dulu, tak lagi dekat seperti dulu, tak lagi ada seperti dulu. Aku merasa asing saat didekatmu, karna kamu mengasingkanku. Aku bingung saat menghadapimu. Tak ingin membuatmu marah dan tak nyaman. Aku takut menanyakan kamu kenapa? padamu. Aku takut.
Aku sadar bahwa aku perlu menanyakannya padamu, aku memberanikan diri untuk tanya kamu. Kamu bilang "aku gapapa". Tepat seperti yang kutakutkan, kamu mulai menghindariku.
Dulu, kita tak pernah tidak berkirim pesan singkat. Kini, satu pesan singkat darimu itu mustahil.
Dulu, saat kita bertemu di lorong sekolah kita pasti menyempatkan untuk sekedar berhenti dan menanyakan "sudah makan?". Kini, sedikit tatapanmu padaku rasanya sangat mustahil.
Aku tak tau bagaimana lagi harus menyikapimu, aku tak ragu untuk memulai pesan singkat lebih dulu, aku tak ragu untuk melemparkan senyuman saat bertemu denganmu, aku tak ragu untuk sekedar berkata 'hai'.
Aku sungguh kehabisan akal untuk kembali mendapat perhatianmu. Aku rindu bagaimana tingkah konyolmu untuk sekedar menghiburku, aku rindu bagaimana kamu bersikap manja padaku, aku rindu bagaimana menghabiskan waktu bersamamu, Aku sungguh merindukanmu.
Tak jarang aku mengirimkan pesan singkat padamu hanya sekedar untuk bilang "kangen"
Aku mulai memikirkan hal yang tidak-tidak, aku berpikir kalau kamu sudah bosan denganku. Mungkin iya. Pikirku begitu.
Memang tak jarang ada seseorang yang sudah bosan dengan pasangannya. Pikirku lelah. Aku kehabisan arah. Tak tau harus lebih bersabar atau bagaimana. Pikiranku semakin kacau menghampiri tangisanku yang tak bisa ku bendung lagi. Sakit rasanya melihatmu lebih bahagia tak bersamaku. Lebih bahagia.
Aku ingin terakhir kalinya untuk bilang padanya 'aku sayang kamu' tapi menatapku saja kamu enggan. Apalagi menyempatkan berbicara sejenak denganku mungkin kamu akan jijik.
Banyak orang mengatakan, mungkin sudah waktunya. Iya mungkin....tapi haruskah berakhir dengan cara yang seperti ini?
Sayang, tak taukah kamu rasanya diabaikan? tak taukahkamu rasanya tak lagi dianggap? tak lagi di sayang? tak lagi penting? tak lagi berharga? Mungkin kamu tidak tau...dan tidak peduli dengan apa yang menimpaku.
Tapi Sayang, setidaknya bicaralah padaku, aku akan mendengarmu, aku akan mempertahankan jika kamu mau...aku juga tak akan mempertahankan bila memang kita atau sebenarnya aku memang tak sanggup.
Sayang, aku merindukan kamu yang dulu.
"aku menyayangimu seperti dulu,
dan akan tetap menyayangimu"